Rabu, 24 September 2014

Seni Pertunjukan Masyarakat Jombang

Keragaman sisiokultural daerah-daerah Jawa pada umumnya hampir terdapat adanya kesamaan jenis kesenian tradisi rakyat maupun tradisi kraton dan berkembang bagi masyarakat heterogen dan non heterogen, seperti Seni Pertunjukan, Seni Rupa dan Seni Media Rekam (seni dokumentasi menggunakan media elektronik). Dari tiga kategori/jenis kelompok kesenian mempunyai daya tarik maupun hasil yang berbeda karena menggunakan media yang berlainan. Ketiga kelompok kesenian tersebut memiliki bentuk tidak sama satu dengan yang lainnya, salah satunya Seni Pertunjukan.
Seni pertunjukan merupakan jenis kesenian dalam bentuk penyajian karya seni untuk menyampaikan gagasan yang berkaitan dengan filosofi kehidupan manusia sebagai makhluk individu maupun sosial. Adapun jenis seni pertunjukan adalah seni musik, seni tari, seni karawitan, seni pedalangan, dan seni teater. Secara umum seni pertunjukan yang diminati daerah berbasis etnis Jawa Timuran maupun Jawa Tengahan/Mataraman, seperti Wayang Topeng Malang, Reog Ponorogo, Wayang Gaya Surakarta, Wayang Golek Menak Mataram, Purwodadi dan Blora yang sekarang terkenal dengan seni Tayubnya dan diangkat sebagai seni identitas. Di samping tayub ada Kethoprak, Wayang Kulit dan dangdut juga digemari (widodo, 1995:28). Demikian pula dengan masyarakat Jombang, mereka mempunyai berbagai macam bentuk kesenian rakyat yang berbeda, baik kesenian yang bersifat tradisi maupun yang modern (budaya pop) dan berkembang sesuai dengan peradaban jaman.

Sedangkan sajian pergelaran karya seni tradisi maupun yang modern oleh para seniman dapat dilakukan dengan cara meniru dalam konteks tradisi atau bersifat pengembangan tanpa meninggalkan norma etika yang sudah disepakati sebelumnya. Di masa lampau sampai sekarang kesenian tersebut sangat popular dan eksistensinya begitu melekat pada masyarakat penggemarnya.
Ditinjau dari daerah pementasannya. Kabupaten Jombang terdapat dua kategori seni pertunjukan, yaitu pertunjukan yang bersifat umum dan lokal. Pertunjukan yang bersifat umu adalah jenis seni pertunjukan yang digemari oleh masyarakat daerah dalam cakupan luas, seperti wayang kulit, ludruk, dangdut dan musik pop. Sedangkanan kesenian yang bersifat lokal adalah bentuk-bentuk kesenian rakyat yang dipertunjukkan khusus dalam lingkungan atau golongan masyarakat tertentu, seperti tayub, sandur, jaran kepang dan sebagainya.
Pada umumnya orang Jombang jika mempunyai hajat dilakukan dua hari dua malam; hari pertama disebut ruwah ngaturi, hari kedua disebut byung/byunge atau dhenge gawe. Bagi para tamu undangan melalui selembaran kartu disebut atur ulem. Pada waktu hari H para tamu mendatangi tempat hajatan disebut buwuh, sedangkan bulan yang dipilih untuk hajatan pada bulan Jawa dianggap baik yaitu bulan, badamulut, Jumadilawal, jumadilakhir, rejeb. syawal dan besar. Menurut kepercayaan orang Jawa bulan tersebut adalah bulan ijabah, jika punya gawe pada bulan-bulan tersebut mendapat barokah dari Yang Maha Kuasa. Kebiasaan menanggap diadakan pada hari keduanya/byunge, karena malam itu merupakan malam puncak acaranya. Mereka menanggap bukan untuk keramaian dan kesenangan saja melainkan juga untuk mengangkat status sosial mereka (Suyanto, 2002:12). Jenis kesenian yang biasa ditanggap dan yang paling digemari oleh masyarakat dari kalangan menengah kebawah sampai menengah keatas, yaitu ludruk, dangdut dan wayang kulit.
Kesenian ludruk merupakan seni favorit sekaligus diyakini masyarakat bahwa kesenian ini lahir di Kabupaten Jombang. Jika tulisan tentang ludruk didaerah Surabaya sekitar Tahun 1968, yang terdapat dua grup popular, yaitu Ludruk Marhen dan Ludruk Tresna Enggal, di daerah Malang Selatan pada Tahun 1948 telah berdiri grup ludruk terkenal, yaitu Ludruk Tresna Warga (Supriyanto, 1992:17). Maka menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Budaya Kantor PARBUPORA Bapak Nasrul llah di Jombang sudah ada kesejnian Ludruk sejak tahun dan sebelum tahun 1925.
Masyarakat Jombang juga menggemari dangdut, selain dipertunjukkan di keramaian seperti pasar malam, peringatan HUT RI, promosi atau royal pabrik juga sering ditanggap oleh perorangan dalam hajatan tertentu. Yang bisa menanggap dangdut sebagaian besar dari kalangan masyarakat pedesaan yang budaya Jawanya tidak begitu kental. Dangdut sangat digemari oleh muda-mudi pedesaan, sebaliknya masyarakat kota tidak begitu banyak menggemari musik dangdut (Suyanto, 2002:13). Ceres Pioquinto (1995) pada saat mengamati dangdut dalam perayaan sekaten di Surakarta Tahun 1991, memberikan peringatan bahwa istilah dangdut merupakan ejekan kaum atas dan kaum intelektual. Bahwa dangdut tidak lebih dari mainan anak-anak dengan suara ketupan dan krincingan, dangdut diinterpretasikan sebagai kalangan kesenian rendah/kampungan (Pioquinto, 1995:59).
Di sisi lain daerah Jombang masih banyak golongan masyarakat yang bertahan dan menyukai kesenian yang tidak kalah menarik serta digemari, yaitu wayang kulit Gaya Surakarta dan wayang kulit Gaya Jawa Timuran (Cek-dong). Jenis kesenian ini pada kenyataannya lebih fleksibel dari kesenian lain yang digemari dan dipergelarkan atau ditanggap dalam berbagai macam acara, seperti resepsi perkawinan, khitan, nadar, ruwatan sukerta, ruwatan masai, sedekah desa dan sebagainya.
Jadi daerah Jombang pada dasarnya adalah merupakan masyarakat multikultur yang memiliki berbagai macam bentuk seni pertunjukan yang bersifat umum maupun lokal. Hal tersebut merupakan manivestasi keragaman budaya yang menujukkan khasanah budaya masyarakat Jombang, diantara beberapa kesenian tradisional yang ada di daerah Jombang, pakeliran wayang kulit (seni pedalangan) Gaya Jawa Tengah maupun Gaya Cek-Dong adalah satu-satunya bentuk kesenian rakyat (termasuk kategori karya sastra) yang tetap dapat bertahan dan berkembang dari dahulu sampai sekarang dan tentu saja dengan dukungan berbagai pihak, walaupun terdapat banyak hal tumbuh dan berkembangnya peradaban dewasa ini.

sumber: http://jawatimuran.wordpress.com/2012/07/28/seni-pertunjukan-masyarakat-jombang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar